Teringat suatu kisah yang membuatku menjadi mempunyai mimpi besar. Besar sekali. Semoga Allah memberikan kekuatan kepadaku untuk mewujudkannya. Mari simak kisah tersebut, semoga mampu menjadi inspirasi tersendiri. Kisah itu berjudul "Sebuah Kerinduan."
Suasana di Majelis pertemuan itu menjadi hening sejenak. Semua yang hadir tak sanggup berkata. Mereka seperti sedang mimikirkan sesuatu. Lebih-lebih Sayyidina Abu Bakar. Itulah pertama kali dia mendengar orang yang sangat dikasihi melafazkan pengakuan "Rindu saudara-saudaraku umat akhir jaman."
Seulas senyuman yang sedia terukir dibibirnya pun terungkai. Wajahnya yang tenang berubah warna.
"Apakah maksudmu berkata demikian wahai Rasulullah? Bukankah kami ini saudara-saudaramu?" Sayyidina Abu Bakar bertanya melepaskan gumpalan teka-teki yang mulai menyerabut fikiran.
"Tidak, wahai Abu Bakar. Kamu semua adalah sahabat-sahabatku tetapi bukan saudara-saudaraku (ikhwan)," suara Rasulullah bernada rendah.
"Kami juga ikhwanmu, wahai Rasulullah," kata seorang sahabat yang lain. Rasulullah menggeleng-gelengkan kepalanya perlahan-lahan sambil tersenyum.
Kemudian baginda bersuara, "Saudaraku ialah mereka yang belum pernah melihatku tetapi mereka beriman denganku sebagai Rasul Allah dan mereka sangat mencintaiku. Malahan kecintaan mereka kepadaku melebihi cinta mereka kepada anak-anak dan orang tua mereka."
Pada ketika yang lain pula, Rasulullah menceritakan tentang keimanan 'ikhwan' baginda: "Siapakah yang paling ajaib imannya?" tanya Rasulullah.
"Malaikat," jawab sahabat.
"Bagaimana para malaikat tidak beriman kepada Allah sedangkan mereka senantiasa hampir selalu dengan Allah," jelas Rasulullah.
Para sahabat terdiam seketika. Kemudian mereka berkata lagi, "Para Nabi."
"Bagaimana para nabi tidak beriman, sedangkan wahyu diturunkan kepada mereka."
"Mungkin kami," celah seorang sahabat.
"Bagaimana kamu tidak beriman sedangkan aku berada ditengah-tengah kalian," pintas Rasulullah menyangkal hujjah sahabatnya itu.
"Kalau begitu, hanya Allah dan Rasul-Nya saja yang lebih mengetahui," jawab seorang sahabat lagi, mengakui kelemahan mereka.
"Kalau kamu ingin tahu siapa mereka? Mereka ialah umatku yang hidup selepasku. Mereka membaca Alquran dan beriman dengan semua isinya."
"Berbahagialah orang yang dapat berjumpa dan beriman denganku. Dan tujuh kali lebih bahagia orang yang beriman denganku tetapi tidak pernah berjumpa denganku," jelas Rasulullah.
"Aku sungguh rindu hendak bertemu dengan mereka," ucap Rasulullah lagi setelah seketika membisu. Ada berbaur kesayuan pada uacapannya itu.
Kisah ini membangunkan kesadaranku, bahwa aku adalah umat akhir zaman. Ternyata mejadi umat akhir zaman masih ada kesempatan menjadi Saudara-saudara yang dirindukan Rasulullah. Aku ingin mengatakan kepada Rasulullah. "Ya Rasulullah, Saudara-saudara yang Engkau rindukan sudah ada ya Rasulullah, yaitu saya dan teman-teman saya. Dan akan saya ajak yang lainnya untuk beriman denganmu ya Rasulullah."
Tak ada yang lain yang bisa menjadi Saudara-Saudara yang di Rindukan Rasulullah. Para Malaikat, Para Nabi, dan Para Sahabat saja tidak bisa. Umat akhir zamanlah yang mampu menjadi Saudara-saudara yang disrindukan Rasulullah. Mari kita sama-sama buktikan.
Salam PemimpinMulia
"Aku sungguh rindu hendak bertemu dengan mereka," ucap Rasulullah lagi setelah seketika membisu. Ada berbaur kesayuan pada uacapannya itu.
Kisah ini membangunkan kesadaranku, bahwa aku adalah umat akhir zaman. Ternyata mejadi umat akhir zaman masih ada kesempatan menjadi Saudara-saudara yang dirindukan Rasulullah. Aku ingin mengatakan kepada Rasulullah. "Ya Rasulullah, Saudara-saudara yang Engkau rindukan sudah ada ya Rasulullah, yaitu saya dan teman-teman saya. Dan akan saya ajak yang lainnya untuk beriman denganmu ya Rasulullah."
Tak ada yang lain yang bisa menjadi Saudara-Saudara yang di Rindukan Rasulullah. Para Malaikat, Para Nabi, dan Para Sahabat saja tidak bisa. Umat akhir zamanlah yang mampu menjadi Saudara-saudara yang disrindukan Rasulullah. Mari kita sama-sama buktikan.
Salam PemimpinMulia